Senin, 28 Mei 2012

Kisah Luqman al-Hakim


Dalam sebuah riwayat menceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, "Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki." Setelah mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak itu."
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksakan himar itu." Oleh karena tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai." Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan seloteh mereka, katanya, "Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya) dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
Dan sesungguhnya kami(Allah) telah mengurniakan hikmah(kebijaksanaan) kepada Luqman: Hendaklah engkau bersyukur kepada Allah! Siapa yang, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan siapa kufur sesungguhnya Allah itu kaya lagi terpuji.
Surah Luqman; ayat 12
Luqman al-Hakim(Luqman yang bijaksana) adalah anak kepada Faqhur bin Nakhur bin Tarikh(Azar), oleh itu Luqman adalah anak saudara kepada Nabi Ibrahim a.s. atau dikatakan juga beliau anak saudara kepada Nabi Ayub a.s.
Luqman di katakan hidup selama seribu tahun sehingga dapat menemui zaman kebangkitan Nabi Daud a.s. bahkan pernah menolong Nabi Daud a.s. memberikan hikmah atau kebijaksanaan. Dia pernah menjadi kadi yakni hakim untuk mengadili perbicaraan kaum Bani Israel.
Para ulama’ sepakat mengatakan Luqman itu seorang ahli hikmah (bijaksana) bukan seorang nabi kecuali Ikrimah dan Assyi’bi sahaja mengatakannya nabi kerana lafaz hikmah dalam ayat ini dimaknakan “kenabian”. Dan dikatakan apabila Luqman disuruh memilih hikmah dengan Nubuwwah(Kenabian) dipilihnya hikmah.
Adalah diceritakan , bahawa Luqman telah tidur di tengahari lalu kedengaran suara memanggilnya: ” Hai Luqman! Mahukah kalau Allah jadikan engkau khalifah di bumi yang memerintah manusia dengan hukum yang benar?” Jawabnya” Kalau Tuhanku menyuruh pilih, akan aku pilih Afiat(selamat) dan aku tidak mahu bala (ujian). Tetapi jika ditugaskan juga aku akan taat kerana aku tahu bahawa Allah kalau menetapkan sesuatu kepadaku Dia pasti menolong dan memeliharaku.
Kemudian para malaikat pun bertanya” Hai Luqman! Adakah engkau suka diberi hikmah?” Luqman menjawab: sesungguhnya seorang hakim kedudukannya berat, dia akan didatangi oleh orang-orang yang teraniaya dari segenap tempat. Kalau hakim adil akan selamat, jika tersalah jalan ke neraka. Siapa yang keadaannya hidup di dunia, itu lebih baik dari dia menjadi mulia. Dan siapa yang memilih dunia lebih dari akhirat, akan terfitnah oleh dunia dan tidak mendapat akhirat. Malaikat takjub mendengar kata-kata Luqman. Apabila Luqman tertidur, dia dikurniakan hikmah, lalu terjaga dan berbicara dengan kata-kata yang berhikmah.
Ada pula diceritakan bahawa Luqman itu seorang hamba bangsa Habsyi, kerjanya sebagai tukang kayu @ gembala kambing. Apabila bertemu seorang lelaki dia bercakap penuh hikmah sehingga lelaki itu takjub lalu bertanya ” bukankah engkau seorang gembala kambing?” Luqman menjawab “benar”. Lalu tanya lelaki itu “bagaimana engkau mencapai kedudukan bagini?” Luqman menjawab ” Aku mendapat dengan bercakap benar, memelihara amanah dan tidak ambil tahu apa yang bukan
urusanku”.
Sesetengah ulama’ mengatakan Luqman seorang hamba hitam dari Sudan Mesir, bibirnya tebal dan tapak kakinya retak-retak. Juga dikatakan bahawa sebaik-baik orang Sudan itu 3 orang iaitu Bilal bin Robah, Mahja’ hamba saidina Umar dan Luqman. Orang keempat pula ialah an-Najasyi raja Habsyah yang beriman di zaman Nabi s.a.w.
Dipetik dari Tafsir al-Quran, Pustaka Mizan, oleh Ahmad Sonhadji Mohamad
abtu, 29 Oktober 2011 03:30
بسم الله الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، أَمَّا بَعْدُ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah menyebutkan di dalam ayat-ayat-Nya kisah Luqman Al-Hakim tatkala memberikan pelajaran berharga dan bermanfaat kepada anaknya, di antaranya sebagaimana di dalam firman-Nya:
=> “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzoliman yang besar”.[QS. Luqman: 14]

Inilah wasiat-wasiat yang bermanfaat dari Luqman Al- Hakim yang telah Allah subhanahu wata’ala ceritakan kisah tersebut di dalam ayat-ayat-Nya. Maksud dari ayat tersebut adalah bahwasanya Luqman Al-Hakim mewasiatkan kepada anaknya agar berhati-hati dari berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah seperti berdoa kepada orang-orang yang telah mati atau berdoa kepada makhluk- makhluk ghaib, karena Nabi bersabda yang artinya:“doa itu adalah ibadah.” [HR. Tirmidzi dan beliau berkata haditsnya hasan shohih].
Maka tatkala turun firman Allah dalam Surah Al-An’am ayat 82:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzoliman (syirik) ….” maka para shohabatradhiyallahu ‘anhum merasa resah dan gelisah lalu mereka bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Siapakah di antara kita yang tidak akan mendzolimi dirinya? Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab: “Bukan begitu maksudnya tetapi kedzoliman yang dimaksud adalah kesyirikan sebagaimana perkataan Luman Al Hakim:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzoliman yang besar”. [QS. Luqman: 13]
=> “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” [QS. Luqman: 14]
Dalam ayat ini Luqman Al-Hakim menggandengkan wasiat kepada anaknya untuk berbakti kepada kedua orang tua dengan wasiat untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala karena besarnya hak kedua orang tua tersebut. Bagaimana tidak, orangtuanya telah mengandungnya dengan susah payah sementara bapaknya memenuhi nafkah keluarganya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang anak untuk bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala dan juga kepada kedua orangtuanya.
=> “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, …” [QS. Luqman: 15]
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas bahwasanya maksud dari ayat tersebut adalah jika kedua orang tua berkeinginan keras untuk supaya kamu mengikuti din (kepercayaan) keduanya maka janganlah kamu terima. Tetapi tidak menghalangi hal itu dari mempergauli mereka di dunia secara baik. Dan ikutilah jalannya orang-orang mu’min. Dalil yang lebih menguatkan lagi dari hal ini adalah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya: “Tidak ada ketaatan kepada seorangpun di dalam kedurhakaan kepada-Ku, hanyalah bai’at itu di dalam yang ma’ruf.” [HR Bukhori dan Muslim].
=> “(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” [QS. Luqman: 16]
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan; “maksudnya adalah sungguh kedzoliman adalah kesalahan meskipun seberat biji sawi, maka Allah subhanahu wata’ala menghadirkan/menampakannya pada hari kiamat nanti untuk kemudian ditimbang secara adil, lalu diikuti balasan. Apabila baik maka balasannya adalah kebaikan, sebaliknya jika buruk maka balasannya adalah keburukan pula”.
=> “Hai anakku, dirikanlah shalat … [QS. Luqman: 17]
Maksudnya adalah tunaikanlah sholat sesuai dengan batasan-batasannya, kewajiban-kewajibanya dan waktu-waktunya yang telah ditentukan syariat.
=> “…dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar…”. [QS. Luqman: 17]
Maksudnya adalah perintahkan manusia untuk mengerjakan yang baik (ma’ruf) dan cegah mereka dari perbuatan mungkar dengan lemah lembut, lunak, dan tidak kasar sesuai dengan kadar kemampuan.
=> “…dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu…” [QS. Luqman:17]
Maksudnya adalah harus diketahui bahwa menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar mesti akan mendapatkan gangguan dari manusia maka dibutuhkan kesabaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُعَلَى أَذَاهُمْ أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَيُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُعَلَى أَذَا هُمْ
“Seorang mu’min yang menggauli manusia dan bersabar atas gangguan lebih utama dari mu’min yang tidak menggauli manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” [Shohih, HR Ahmad dan selainnya].
“…Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [QS. QS. Luqman: 17]
Maksudnya adalah sesungguhnya bersabar di atas gangguan manusia termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
=> “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)…” [QS. Luqman: 18]
Maksudnya adalah janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia dengan sombong, angkuh, dan menganggap remeh jika kalian berbicara kepada mereka atau mereka berbicara kepadamu, akan tetapi hendaknya berlemah lembutlah dan tersenyum cerialah selalu kepada mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهَكَ إِلَيْهِ مُنْبَسِطُ وَإِيَّّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارَ فَإِنَّهَا مِنَ الْمُخَيَّلَةِ وَالْمُخَيَّلَةِ لاَ يُحِبُّهَا اللهِ
“Kalau engkau bertemu dengan saudaramu maka hadapkanlah wajahmu dengan senyum ceria dan hati-hatilah dari menurunkan pakaianmu di bawah mata kaki (isbal) karena hal itu termasuk kesombongan dan kesombongan tidak dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala” [Shohih, HR. Ahmad].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
تَبَسُّمُكَ وَجْهَ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyuman kepada saudaramu adalah sedekah” [Shohih, HR. At Tirmidzi dan selainnya].
=> “…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh..” [QS. Luqman: 18]
Maksudnya adalah sombong, angkuh, congkak dan sewenang-wenang. Janganlah engkau melakukan hal itu yang menyebabkan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala menimpa dirimu.
=> “…Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. [QS. Luqman: 18]
Maksudnya: “muktal” adalah menganggap dirinya paling hebat, dan “fakhur” adalah menganggap kecil orang lain.
=> “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan…” [QS. Luqman: 19]
Maksudnya adalah berjalanlah dengan sikap pertengahan, yaitu tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat.
=> “…dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [QS. Luqman: 19]
Maksudnya adalah janganlah berlebihan dalam berbicara dan jangan pula mengangkat suara dalam hal yang tidak ada faedahnya (tidak dibutuhkan, pent.) karena hal tersebut menyerupai suara keledai. Berkata Imam Mujahid rahimahullah:“Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suaranya keledai yang artinya puncak dari orang yang mengangkat suaranya dengan keras itu serupa dengan suara keledai. Di samping itu pula Allah subhanahu wata’ala membenci suara keledai dan penyerupaannya dengan suara keledai menunjukkan keharamannya dan celaan yang sangat keras dengan tegas dan tinggi. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ مِثْلُ السُّوْءِ العَائِدُ فِيْ هِيْبَةِ كَلْكَلْبِيْ يَعُوْدُ فِيْ قَيْئِهِ
“Tidak ada bagi kita perumpamaan yang buruk orang yang menarik pemberiannya seperti anjing yang menelan kembali muntahnya”. [HR. Bukhari]
Juga sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيْكَةَ فَسَلُّو اللهَ مِن فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَيْتُ مَلَكًا وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيْقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهَا رَأَيْتُ شَيْطَانًا
“Jika kalian mendengar ayam berkokok maka mintalah fadhilah kepada Allah karena sungguh dia (ayam tersebut) telah melihat para malaikat. Dan jika kalian mendengar ringkikan keledai maka mintalah perlindungan kepada Allah dari syaiton karena dia telah melihat syaiton”. [HR. Bukhari dan Muslim]
Demikian kami nukilkan beberapa nasihat dari Luqman Al-Hakim kepada anaknya. Semoga nukilan ini bermanfaat bagi kami dan bagi seluruh kaum muslimin untuk saling mewasiatkan terhadap perkara-perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah‘azza wa jalla sebagaimana nasihat Luqman Al-Hakim di atas terhadap anaknya. Dan semoga Allah ‘azza wa jallamenjadikannya ikhlas semata mengharap wajah-Nya. Amin yaa Robbal ‘Alamin.
وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعٰلَمِيْنَ


Maroji’ (kitab rujukan):
-Kaifa Nurabbi Aulaadana [hal. 5-8 dalam sub judul: Washaya Luqman al hakim li ibnihi]. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
*****
Sumber: Booklet Dakwah Al-Ilmu. Edisi: Jum’at, 8 Rabi’uts Tsani 1430H / 3 April 2009 M. Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari. Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.
Last Updated on Selasa, 15 Mei 2012 05:23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar