Pendahulauan
Islam dan Pendidikan Karakter Seringkali terdengar protes atau setidaknya rasa
kesal dari kalangan masyarakat, bahwa mengapa orang yang sehari-hari menunaikan
ibadah shalat, zakat, puasa, dan bahkan pernah menunaikan ibadah haji, tetapi
perilakunya belum menggambarkan makna dari kegiatan ritual
tersebut. Lantas disimpulkan bahwa, ibadah ritual tidak
selalu memberi dampak pada perilaku terpuji sehari-hari. Selain itu, seringkali
terdengar ungkapan pula bahwa pada setiap tahun jama’ah haji meningkat,
akan tetapi kasus-kasus korupsi tidak pernah surut. Bahkan, banyak
pejabat yang berhaji dan umrah berkali-kali, tetapi perilaku korupnya
tidak bisa berhenti. ilmu
Bab II
Rumusan Masalah
Islam dan Pendidikan Karakter
Gambaran sebagaimana dikemukakan itu menunjukkan
bahwa seolah-olah antara kegiatan ritual terpisah dari kegiatan lain
sehari-hari yang lebih luas. Pertanyaannya adalah, adakah yang
salah dari pemahaman Islam selama ini. Sudah banyak orang mengenalnya, bahwa
Islam selalu mengajarkan tentang kejujuran, amal shaleh, menghargai
sesama, disiplin waktu dan juga harus benar dalam mendapatkan rizki.
Seorang Islam tidak diperkenankan mengambil harta milik orang lain tanpa hak.
Untuk mendapatkan harta, seorang muslim harus selektif, yaitu yang halal lagi
baik dan membawa berkah.
Sebenarnya misi rasulullah yang utama adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Maka artinya, seorang muslim dalam melakukan
apa saja harus didasari oleh akhlak mulia itu. Dalam berekonomi, politik,
mengembangkan pendididikan, hukum, bermasyarakat dan lain-lain harus
didasarkan pada akhlak yang luhur. Selalu dibayangkan bahwa, tidak akan
mungkin seorang muslim melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
keyakinannya itu.
Namun sementara ini yang seringkali terjadi, bahwa
masih terdapat pemisahan yang sedemikian tajam antara persoalan agama dan
persoalan kehidupan lain pada umumnya. Agama dianggap sebagai variabel
tersendiri, terpisah dari kegiatan kehidupan pada umumnya. Maka yang
lahir adalah kehidupan pribadi yang tidak utuh. Seolah-olah antara ke pasar sebagai
upaya mencari rizki dianggap berbeda dari ketika ke masjid untuk shalat
berjama’ah. Ke masjid dianggap mencari bekal ke akherat, sementara ke pasar
dianggap untuk mendapatkan rizki untuk mencukupi kegiatan di dunia.
Cara berpikir dikotomis seperti itulah kira-kira
yang menjadikan Islam tidak dipandang sebagai ajaran yang utuh dan komprehensif
hingga melahirkan perilaku yang terbelah itu. Maka akibatnya, antara
kegiatan ritual dan kegiatan sosial menjadi tidak menyatu. Akibatnya
kemudian muncul istilah shaleh ritual, shaleh sosial dan
shaleh intelektual. Perbedaan-perbedaan itu pula yang
seolah-olah ajaran Islam bisa dipilah-pilah seperti itu.
Lewat
renungan yang lama dan mendalam, saya mendapatkan rumusan bahwa Islam
sedikitnya membawa lima
misi besar untuk mengantarkan ummat manusia agar menjadi selamat dan sekaligus
bertbahagia, baik di dunia maupun di akherat. Saya memandang bahwa Islam
bukan sebatas agama, melainkan juga peradaban. Islam sebenarnya sebuah
ajaran yang memiliki kekuatan pengubah dan sekaligus memberikan
petunjuk dan arah, agar manusia dalam hidupnya mendapatkan derajat
mulia. Orang yang demikian itu adalah memiliki karakter yang
unggul. Dengan demikian, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad bahwa,
Islam datang di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia atau
karakter yang unggul.
Bab III
Tujuan
Adapun kelima misi besar yang dibawa oleh Islam itu
adalah sebagai berikut. Pertama,
Islam menjadikan ummatnya kaya ilmu. Ilmu yang dimaksudkan di sini lingkupnya
sangat luas, yaitu bersumber pada ayat-ayat
qawliyah dan sekaligus ayat-ayat kawniyah.
Islam menganjurkan ummatnya untuk mempercayai yang ghaib, tetapi juga harus
memikirkan ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi.
Mestinya sebagai implementasi dari konsep itu, kaum muslimin
dituntut mengkaji ilmu fisika, kimia, biologi, matematika,
psikologi, sosiologi, sejarah dan lain-lain. Dalam mempelajari ilmu ilmu
dimaksud, sebagai pembeda dari kaum lainnya, harus mengawali dengan
menyebut nama Allah, yaitu bismirabbika.
Selain itu, kegiatan tersebut harus sampai pada kesadaran yang mendalam tentang
keagungan asma Allah. Disebutkan dalam al Qur’an iqra’ warabbuka al-akram. Artinya
kegiatan itu hingga berhasil membangun kesadaran tentang
keharusan memuliakan Allah. Dengan demikian mestinya, ummat Islam kaya
ilmu pengetahuan.
Kedua,
Islam menjadikan ummatnya meraih prestasi unggul. Sebagai makhluk yang
berprestasi unggul, setidak-tidaknya memiliki empat ciri, yaitu (1) berhasil
mengenal dirinya sebagai pintu mengenal tuhannya, (2) bisa dipercaya
sebagaimana dicontohkan oleh Muhammad sebagai anutannya adalah seorang
yang dikaruniai gelar al amien, (3) bersedia untuk mensucikan dirinya, baik
menyangkut pikirannya, hatinya dan raganya. Seorang muslim tidak selayaknya
mengambil harta atau mengkonsumsi makanan yang tidak halal, dan (4) seorang
muslim di manapun berada selalu memberi manfaat bagi orang lain. Itulah
manusia unggul yang diajarkan oleh Islam.
Ketiga,
Islam membangun tatanan sosial yang adil di tengah-tengah masyarakat manapun.
Keadilan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang harus diwujudkan. Terdapat
banyak sekali ayat-ayat al Qur’an yang memerintahkan ummatnya agar berbuat
adil. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul, masyarakat Arab terdiri
atas kabilah atau suku-suku yang beraneka ragam. Antar suku saling berebut
sumber-sumber ekonomi, pengaruh atau kekuasaan. Mereka yang kuat akan
memenangkan perebutan itu, hingga menguasai sumber-sumber kebutuhan
hidup.
Dalam
perebutan itu, mereka yang kalah, yaitu rakyat biasa bukannya ditolong
melainkan justru ditindas dan bahkan dijadikan budak. Perbudakan sebagai
sumber ketidak adilan ketika itu, berkembang luar biasa. Orang
disamakan dengan binatang, yaitu dijual belikan di pasar-pasar. Harkat dan
martabat manusia menjadi tidak ada harganya, sebagai akibat nafsu berkuasa dan
menguasai sumber-sumber ekonomi itu. Dalam kondisi seperti itu, Nabi
Muhammad datang untuk membangun tatanan sosial yang adil dan bermartabat itu.
Keempat,
Islam memberikan tuntunan tentang bagaimana kegiatan ritual seharunya
dilakukan oleh setiap muslim. Kegiatan ritual yang dimaksudkan itu,
seperti berdzikir, shalat, puasa, haji dan lain-lain-lain. Kegiatan itu
sangat penting untuk membangun kekuatan spiritual bagi mereka yang
menjalankannya. Melalui kegiatan ritual itu, maka terbangun komunikasi
antara manusia dengan Dzat Yang Maha Pencipta. Dengan kegiatan ritual itu
pula maka terbangun sikap mulia seperti rendah hati, sabar, ikhlas, amanah,
peduli sesama, saling mencintai dan lain-lain.
Kegiatan ritual dalam Islam sedemikian penting,
sehingga untuk mendapatkan kesempurnaannya menjadikan banyak orang berdebat
tentang bagaimana kegiatan ritual itu dijalankan secara tepat. Maksudnya
adalah baik, agar kegiatan yang dilakukan persis sama dengan yang dilakukan
oleh Rasulullah. Namun keinginan yang berlebihan itu, menjadikan
banyak pihak rela berdebat dan bahkan bertikai sehingga mengakibatkan ummat
berpecah belah menjadi berbagai aliran atau kelompok untuk mencari cara
yang paling tepat dalam menjalankan kegiatan ritual itu. Berbagai
aliran dan organisasi sosial keagamaan yang ada di mana-mana adalah
selalu terkait dengan perbedaan-perbedaan dalam menjalankan
kegiatan ritual.
Padahal sebenarnya, perbedaan dalam kegiatan
ritual sudah ada atau telah terjadi sejak zaman Rasulullah. Perbedaan itu
ternyata juga terjadi dalam berbagai kasus. Misalnya, dalam pelaksanaan
shalat. Sementara sahabat merasa cukup, shalat dengan tayammum tatkala tidak
ada air. Namun sahabat lain berpandangan bahwa harus disempurnakan
lagi tatkala ditemukan air. Perbedaan juga terkait dengan pelaksanaan ibadah
haji, dan lain-lain. Setiap menghadapi persoalan yang terkait
dengan perbedaan pelaksanaan ritual itu, nabi selalu bersikap arif, yaitu
mengedepankan persatuan. Jika ada perbedaan, Nabi membenarkan apa yang telah
dilakukan oleh para sahabatnya. Dengan cara itu maka, persatuan dan
kesatuan di antara para sahabat selalu berhasil dipelihara.
Kelima,
adalah konsep amal shaleh. Amal secara sederhana bisa diartikan bekerja,
sedangkan shaleh artinya adalah lurus, benar, tepat atau sesuai. Maka amal
shaleh sebenarnya bisa diartikan, bekerja secara profesional.
Dengan beramal shaleh maka artinya adalah bahwa setiap perbuatan kaum
muslimin harus dilakukan secara baik, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional akan
mendatangkan hasil maksimal.
Umpama
misi Islam itu berhasil diimplementasikan oleh ummatnya, sehingga ummat Islam
menjadi kaya ilmu, meraih pribadi unggul, berada pada tatanan sosial yang adil,
menjalankan kegiatan ritual secara sempurna untuk membangun spiritual dan
pekerjaan selalu ditunaikan secara profesional, maka ummat Islam akan
meraih kemajuan yang luar biasa. Namun sayangnya, dari kelima misi Islam
tersebut, oleh sementara kaum muslimin, baru ditangkap pada
aspek ritualnya. Sedangkan aspek lainnya belum dipandang sepenuhnya sebagai
bagian dari Islam. Oleh karena itu, menjadi wajar manakala selama ini, ummat
Islam masih belum meraih kemajuan sebagaimana yang selama ini diharapkan.
Sebab, Islam baru dipandang sebagai kegiatan ritual belaka.
Bab IV
Penutup
Oleh
karena itu, agar Islam menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara
utuh, maka ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad harus dipahami secara
utuh pula. Islam harus dipahami sebagai ajaran yang setidaknya, membawa
kelima misi besar sebagaimana dikemukakan di muka. Islam semestinya tidak
saja dipahami sebagai agama, melainkan juga sebagai konsep tentang peradaban
unggul. Konsep tersebut harus diperkenalkan melalui pendidikan secara terus
menerus, agar ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, benar-benar
menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara sempurna, dan
tidak lagi dipahami hanya sebagiannya saja, sebagaimana yang
kebanyakan terjadi selama ini. Wallahu
a’lam.
tugas 2
Ini Dia Warisan Islam dalam Ilmu Anatomi
Jumat, 22 Oktober 2010, 08:48 WIB
ilustrasi
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID,
Minat akan bidang ini tumbuh pesat hingga menjelma sebagai sebuah spesialisasi dalam kedokteran Muslim. Lewat The Revival of the Religious Science, alGhazali tak hanya mengurai seluk-beluk aspek pengobatan. Ia memaparkan pula bahwa telah berabad-abad lamanya para dokter Muslim menguasai pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi.
Termasuk kaitan kedua ilmu tersebut dengan ilmu bedah. Al-Ghazali menjelaskan, tanpa mengetahui struktur anatomi, sulit melakukan operasi pembedahan. Selama ini, ia dikenal sebagai sosok yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Di bidang bedah dan anatomi, keahliannya sangat disegani.
Ia merumuskan filosofinya sendiri mengenai hal itu. Bagi dia, operasi bedah harus mampu mengembalikan fungsi anatomi atau organ tubuh yang rusak. Pemikirannya ini selanjutnya menginsipirasi para praktisi medis setelah masanya. Anatomi memikat hati para dokter Muslim. Terbukti banyak yang ikut bergabung untuk mendalami anatomi.
Mereka menuliskan literatur ilmiah yang begitu berharga, serta menandai era itu dengan torehan emas pada lintasan sejarah kedokteran di dunia Islam. Setelah itu, muncul ke permukaan nama alZahrawi. Kemampuannya boleh disejajarkan dengan al-Ghazali. Sebab, alZahrawi juga diakui banyak orang sebagai seorang pakar.
Dokter dari
Pengetahuan anatomi ia andalkan dalam operasi tersebut. Al-Zahrawi memerhatikan anatomi syaraf halus, pembuluh darah, dan otot. Segala pengetahuan yang ia kuasai itu kemudian ia rangkum dalam bukunya, At Tashrif li Man Arjaza at Ta'lif (Buku Pedoman Kedokteran).
Anatomi tubuh merupakan salah satu bahasan yang termuat dalam bukunya itu. Juga pada bidang yang membuat namanya terkenal di dunia kedokteran, yaitu pembedahan, serta alat-alat bedah. Bahkan, banyak model alat bedah yang ia buat masih digunakan dalam kedokteran modern.
Buku Al-Kafi fi al-Kuhl fi at-Thibb yang ditulis Abi Mahasin juga berpengaruh pada kajian anatomi, khususnya pada anatomi mata. Buku dari abad ke-13 itu menyajikan deskripsi tentang operasi mata, termasuk beberapa bagian dari organ mata yang perlu mendapat perhatian.
Ilmuwan penting yang turut mencurahkan perhatiannya pada anatomi adalah Ibnu Nafis (1210-1288). Pada bab pendahuluan dari bukunya yang terkenal, Syarhu Tasyrih Ibnu Sina (Komentar atas Anatomi Ibnu Sina), ia menjelaskan bahwa buku ini adalah panduan agar para dokter bisa menguasai pengetahuan dasar anatomi.
Ia pun berkomentar terhadap Canon of Medicine karya Ibnu Sina, terutama mengenai kerja jantung. Ia mengatakan, jantung memiliki dua kamar. Darah dari kamar jantung kanan harus mengalir ke bagian kiri, namun tidak ada yang menghubungkan kedua bagian ini.
Menurut dia, tak ada pori-pori tersembunyi dalam jantung, seperti kata Galen.
Secara keseluruhan, ia menilai fungsi organ ini sangat penting dalam mengatur sirkulasi darah ke seluruh bagian tubuh. Sejarah mencatatnya sebagai orang pertama yang mendeskripsikan peredaran darah, khususnya pembuluh darah kapiler. Pada bagian lain, Ibnu Nafis menyingkap anatomi dan sirkulasi paru-paru.
Menurut Edward Coppola dalam William Osler Medal Essay, Ibnu Nafis berpandangan bahwa terdapat sejumlah bagian di dalam paru-paru, antara lain bronkus, arteria venosa, dan vena arteriosa. Ketiga bagian tersebut terhubung dengan jaringan daging berongga. Ibnu Nafis berhasil memperjelas perbedaan masing-masing dari organ tubuh.
Pengetahuan semacam ini diperlukan sebelum melakukan operasi pembedahan. Berabad-abad kemudian, warisan intelektual Ibnu Nafis dalam investigasi anatomi banyak memberikan pengaruh pada ilmuwan Barat, yakni Valverde dan Realdo Colombo. Abd al-Latif al-Baghdadi pun tercatat memberi sumbangan penting.
Ia mengoreksi susunan anatomi tulang rahang yang dibuat seorang dokter dari Yunani, Galen. Tulisannya terkait hal itu membuka jalan bagi studi tentang tulang di Mesir. Harus diakui, prestasi paling mengagumkan terjadi setelah hadirnya karya Mansyur bin Muhammad bin Ahmad bin Yusuf bin Ilyas.
Tokoh asal
Bahasan lengkap tentang
Sementara itu, Ibnu Zuhr atau Avenzoar, setelah menguasai bidang anatomi, merintis pekerjaan bedah mayat postmortem di dunia Islam. Secara berurutan, dalam buku Taysier fi al-Mudawat wa atTabdis (Practical Manual of Treatment and Diets), ia menguraikan anatomi kepala hingga kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar